Kamis, 14 September 2017

Dear You

Untuk dia, pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadanya.

Apa kabar, hei kamu, pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadamu? Dekatkah aku denganmu? Ataukah jauh……?

Masihkah kamu membuka pintu-pintu kecil yang pernah kamu berikan untukku beberapa waktu yang lalu, saat pertama kali kamu meletakkan tanganku di dadamu?

Pernah ada suatu waktu, ketika aku menyadari pesonamu yang hangat, yang tumbuh bagai perdu diantara semak-semak pohon akasia di hatiku. Pernah ada suatu masa ketika langkah kakiku mendekatimu, menyenandungkan sesuatu yang membuat kedua sudut bibirmu terangkat ke atas. Dan tentang angan-angan ‘kita’?

Seulas senyum selalu terkulum di bibirku kala aku mengenangmu, sebagaimana aku dulu selalu tersenyum ketika berada di dekatmu. Mendengarkan celotehmu yang lucu, menertawakan tingkahmu saat menggodaku, juga menyaksikan keindahan-keindahan yang kemudian berpadu.

Berkali-kali aku ingin merengkuhmu sebagaimana berkali-kali kamu menggoda pandanganku dengan sejuta pesona yang melekat  di tubuhmu. Tetapi setiap kali aku ingin melangkah ke arahmu, ada sesuatu yang bergejolak di nadiku hingga aku terhenti. Ada sesuatu yang mematikan panca inderaku dan membuatku mejauhkan diri darimu.

Aku tau kamu pernah menantiku. Aku tau kamu pernah melewati malam-malam panjang.. kesepian..dan merindukanku. Aku tau tentang sesuatu yang meletup dan bergejolak di dalam hatimu setiap kali aku mendekat. Setiap kali aku berada di dekatmu.

Akulah perempuan yang pernah kamu pilih. Akulah perempuan yang membuat seulas sunyum terkulum di bibirmu. Namun aku tak pernah datang. Tahukah kamu, bahwa aku pun sama tersiksanya seperti dirimu—sama tersiksa saat kamu menungguku namun bayanganku tak kunjung menjelang.

Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Ini tentang hati, tentang rindu, tentang cinta, dan kasih. Tetapi kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk itu bukan? Kita tak pernah memilikinya, karena kita pun tak pernah saling memiliki. Karena kita terlalu sibuk dengan perasaan masing-masing.. dan kemudian.. kamu hanya mampu meletakkan tanganku di dadamu..lalu tersenyum..menatapku..dan berharap aku tau.

Maafkan aku, hei kamu, pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadamu.

Maafkan aku karena aku bukanlah perempuan dengan hati yang utuh, yang dapat mencintaimu sebagaimana yang kamu ingin dan kamu rindu. Maafkan aku karena perjalanan waktu tak pernah mampu mempertemukan kita.. dan kemudian semuanya menjadi bayang-bayang buram yang semakin mengabur dan mengabur.

Kamu hilang dari hidupku.

Ya, mungkin aku hilang dari hidupmu, bahkan hatimu.

Tapi ada satu hal yang aku ingin kamu tau. Aku tak pernah bisa melupakan tatapan, senyummu, dan segala getar yang pernah aku rasakan saat kamu meletakkan tanganku di dadamu.