Untuk dia,
pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadanya.
Apa kabar, hei
kamu, pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadamu? Dekatkah aku denganmu?
Ataukah jauh……?
Masihkah kamu
membuka pintu-pintu kecil yang pernah kamu berikan untukku beberapa waktu yang
lalu, saat pertama kali kamu meletakkan tanganku di dadamu?
Pernah ada suatu
waktu, ketika aku menyadari pesonamu yang hangat, yang tumbuh bagai perdu
diantara semak-semak pohon akasia di hatiku. Pernah ada suatu masa ketika
langkah kakiku mendekatimu, menyenandungkan sesuatu yang membuat kedua sudut
bibirmu terangkat ke atas. Dan tentang angan-angan ‘kita’?
Seulas senyum
selalu terkulum di bibirku kala aku mengenangmu, sebagaimana aku dulu selalu
tersenyum ketika berada di dekatmu. Mendengarkan celotehmu yang lucu,
menertawakan tingkahmu saat menggodaku, juga menyaksikan keindahan-keindahan
yang kemudian berpadu.
Berkali-kali aku
ingin merengkuhmu sebagaimana berkali-kali kamu menggoda pandanganku dengan
sejuta pesona yang melekat di tubuhmu.
Tetapi setiap kali aku ingin melangkah ke arahmu, ada sesuatu yang bergejolak
di nadiku hingga aku terhenti. Ada sesuatu yang mematikan panca inderaku dan
membuatku mejauhkan diri darimu.
Aku tau kamu
pernah menantiku. Aku tau kamu pernah melewati malam-malam panjang..
kesepian..dan merindukanku. Aku tau tentang sesuatu yang meletup dan bergejolak
di dalam hatimu setiap kali aku mendekat. Setiap kali aku berada di dekatmu.
Akulah perempuan
yang pernah kamu pilih. Akulah perempuan yang membuat seulas sunyum terkulum di
bibirmu. Namun aku tak pernah datang. Tahukah kamu, bahwa aku pun sama tersiksanya
seperti dirimu—sama tersiksa saat kamu menungguku namun bayanganku tak kunjung
menjelang.
Ada banyak hal
yang ingin aku ceritakan padamu. Ini tentang hati, tentang rindu, tentang
cinta, dan kasih. Tetapi kita tidak akan pernah memiliki waktu untuk itu bukan?
Kita tak pernah memilikinya, karena kita pun tak pernah saling memiliki. Karena
kita terlalu sibuk dengan perasaan masing-masing.. dan kemudian.. kamu hanya
mampu meletakkan tanganku di dadamu..lalu tersenyum..menatapku..dan berharap
aku tau.
Maafkan aku, hei
kamu, pemuda yang pernah meletakkan tanganku di dadamu.
Maafkan aku
karena aku bukanlah perempuan dengan hati yang utuh, yang dapat mencintaimu
sebagaimana yang kamu ingin dan kamu rindu. Maafkan aku karena perjalanan waktu
tak pernah mampu mempertemukan kita.. dan kemudian semuanya menjadi bayang-bayang
buram yang semakin mengabur dan mengabur.
Kamu hilang dari
hidupku.
Ya, mungkin aku
hilang dari hidupmu, bahkan hatimu.
Tapi ada satu
hal yang aku ingin kamu tau. Aku tak pernah bisa melupakan tatapan, senyummu,
dan segala getar yang pernah aku rasakan saat kamu meletakkan tanganku di
dadamu.